RSS

Cerita Pendek (By: Someone)

Sunny

        Masa-masa yang tak terlupakan bagiku dimana pertama kali aku mengenal apa itu cinta. Berawal dari aku duduk di XII SMA yang tak kan terasa lagi aku akan meninggalkannya. Seperti biasa, telah beberapa bulan duduk di kelas tiga ku sangat jenuh dan merasa gersang di sekolah itu. Tidak ada hal yang menarik, membosankan. Ingin sekali aku cepat-cepat meninggalkan sekolah ini. Ntah mengapa aku sampai berpikiran begitu? Mungkin ada satu hal yang membuatku berpikir begitu, tapi apa itu?


Kelasku sangat terkenal dimata guru, Tapi terkenal oleh kesan yang negatif. Karena kelasku sangat ribut, baik ada atau tidak ada guru sama saja seperti di pasar ributnya, sampai-sampai wali kelas tidak sanggup harus berbuat apalagi untuk mengubahnya. Tapi ya begitulah kami, meskipun begitu keperdulian antar sesama teman kelas sangat tinggi

***

       Pagi itu aku berangkat ke sekolah, memang tidak seperti biasanya pada hari itu aku bangun telat. Maklum, karena sudah dua minggu libur, jadi gag biasa bangun pagi. Aku pun cemas, jam telah menunjukkan 06.50. Mampus! Jerit batinku. Aku pasti terlambat. Dan ketika ku memasuki gerbang dengan sepeda motorku, kulihat upacara belum dimulai. Syukurlah...! pikirku, namun ketika ingin melewati meja piket, aku dipanggil, “Nak.. nak.. yang terlambat baris disini.” Teriak salah satu guru di sekolah.
Aku terkejut, “Kan belum mulai upacaranya buk? kok di bariskan tersendiri??” Tanya ku.
“Kalau upacara jam 7 kurang 5 harus sudah di sekolah nak”. Jawab guruku tadi. Sebenarnya aku malu, karena aku sendiri anak cowok kelas tiga yang terlambat.
“Tapi santai aja lagi. Lagi pula di sekolah ini kan aku gak punya pacar atau seseorang yang lagi ku dekati,” pikirku dalam hati.
Selesainya upacara, semua yang terlambat diberi sanksi berupa point. Dan setelah itu aku pun langsung menuju kelas.
“Uni, kok tadi terlambat sih?” Tanya salah seorang teman ku ‘Ika’ di kelas.
Begitulah mereka memanggilku dengan sebutan “Uni”, padahal nama ku Suny.
“Woi, ni… punya tempat barisan upacara baru ya?” Canda Rio temanku yang dulunya ketua Osis. “Huuhh…!! Enak ajj lo” gerutu ku.

***

“Teng… teng… teng…!!” Bel tanda saatnya pulang telah berbunyi. Setelah mengucapkan salam, kami pun langsung keluar. Sambil berjalan menuju halaman depan sekolah
“Maen PS kita yok woi..?” Ajak temanku Akrim.
Dide dan Timo serentak setuju, mereka semua adalah sahabat terbaik ku, di sekolah kami selalu bersama. tapi pada saat itu aku termenung sejenak, Timo pun melempariku dengan kaus kakinya. Aku langsung terkejut dan secara refleks, aku juga membalas dengan melemparinya kembali, tapi sayangnya lemparan ku meleset. Kaus kaki tersebut mendarat di atas rok Ika yang kebetulan lagi duduk. Dia pun langsung merengek seperti anak kecil. Spontan kami semuanya pun tertawa terbahak-bahak bersama.

***

“Waduuh! Sepuluh menit rasanya sepuluh jam. Ya tuhan.. cepatkanlah bunyi bel keluar maen.” Pintaku dalam hati. Ketika ku lihat sekelilingku, ternyata semua teman-temanku sama saja dengan ku. Udah nggak tahan mau keluar dan mau makan di kantin, perut pada keroncongan nih. Maklum, tiga jam penuh cuma belajar fisika, Kelamaan banget.
“Teng.. teng.. teng…!” bel tanda keluar main akhirnya berbunyi. Teman-temanku semua udah pada pergi menuju kantin, yang tinggal dikelas hanya ada aku, Dide, Fizur, Ayu dan Ika Sebenarnya aku lapar, tapi karena di kantin kayaknya lagi ramai tuh, aku tunda dulu waktu untuk mengisi perut. “Ayu, udah siap tugas bahasa inggris belum?” Tanya Ika pada Ayu. “belum ka, tapi dikit lagi selesai kok!” jawab Ayu.
“Ada tugas bahasa Inggris ka?” Tanya kukeheranan. “Ada, hmm.. lupa ya niy?” kata Ika. “Nggak” jawabku. “Niy….. ke kantin yok!? Sepuluh menit lagi masuk neh.” Ajak Dide. “Kita ada tugas neh De!” kataku.
“Bahasa Inggris tu kan? Besok pagi di kumpul tu, tenang aja! Yuk lah ke kantin niy”. Kata Dide. “Yok lah” jawabku seraya meninggalkan kelas.
Setibanya di kantin.
“Kalian..! udah mau masuk baru ke kantin” sapa Timo.
“Santai aja lagi, bapak tuh gag datang hari ni…” kata Dedi dengan santai.
“Yang bener..? iya? riang Timo. “Serius?! Tambah Akrim.
“Iya… santai aja lagi! Balas Dide.
Ketika teman-temanku sedang gembira-gembiranya di kantin, tiba-tiba saja pandanganku tertuju pada satu arah. Dan rasanya aku tidak ingin mengalihkannya dari pandangan yang lain. Disebrang sana aku melihat seorang gadis duduk bersama temannya yang membuatku terpana. Entah mengapa semakin lama aku melihatnya, semakin tak karuan hatiku. Apakah aku jatuh cinta pada pandangan pertama?? Terus dan terus ku tatapi gadis itu tiba-tiba, “woii… kalian! Enak-enakan disini, bapak udah masuk tu” Teriak Ika.
“Tapi katanya bapak gak masuk?” Tanya ku gelisah.
“Huuh!! ada guru yang gantikan bapak tu..!” desak Ika.
“Uny.. cepat..! kok bengong seh? yuk kita masuk!.” teriak Dide.
Aku pun bingung harus bagaimana. Aku dan teman-teman pun semua buru-buru meninggalkan kantin, tapi ketika akan pergi meninggalkan kantin itu aku lihat gadis itu sudah tidak ada lagi.

***

Teng… teng… teng….. !! bel tanda pelajaran telah usai pun berbunyi.
“yes! Akhirnya pulang juga” riang ku dalam hati.
“Uniy, kita main futsal yok?” Ajak Timo.
“Oke.. memang siapa lawan kita?” Tanya ku.
“Tadi sih anak kelas sebelah yang ngajak kita.” Jawab Timo.
“Oo.. oke! Siapa takut.” Jawab ku.
Setelah Tim kami berkumpul di tempat yang telah ditentukan, kami pun harus menunggu.
“Mana tim lawan kita Timo? Kok lama sih? Katanya mau maen?” Tanya ku mulai gelisah.
“Katanya mereka lagi dijalan, padahal mereka yang ngajak.. tapi mereka juga yang lambat datangnya!” Jawab Timo kesal.
Setelah 5 menit kemudian, akhirnya mereka datang. Dan kami pun bermain dengan semangatnya.
“Host..host..host..!!”

***

“Capek juga ya main futsal neh!?” kata Dide.
“Ya iyalah, kita mainnya satu jam penuh, ya capek lah.” Jawab Timo.
Setelah beberapa saat, kemuadian mereka semua pulang. Hanya ada Timo, Akrim, Dide dan aku.
“De, gimana hubungan mu dengan Lisa?” Tanya Timo.
“Nggak tahu, males ngebahasnya.” Jawab Dide dengan sikap acuh tak acuh.
“Alah! gaya lu De?! Ntar lu sendiri yang mancing-mancing cerita tentang dia.” Ledek Timo.
Sedang asyik-asyiknya Timo dan Akrom mengusik Dide, tiba-tiba saja aku teringat pada gadis yang aku lihat kemaren.
“Woi, kemaren aku lihat cewek di kantin.” Kata ku pada ketiga sahabatku.
“Aku juga lihat cewek di kantin, ibu-ibu penjaga kantin! Hhahaha..!” Sindir Dide nggak karuan.
“Aku serius nih!” kataku. “Anak kelas berapa Ni?” Timo penasaran.
“Aku rasa anak kelas X Tim, soalnya baru kali itu aku melihatnya.” Jawabku.
“Besok tunjukkan kami yang mana orangnya ya!” Pinta Akrim penasaran.
“Oke!” jawabku singkat.

***

Setelah seminggu aku melihat gadis itu, aku tidak pernah lagi bertemu dengannya. Hatiku bertanya-tanya, Kelas berapa gadis itu?!
Sebulan kemudian pun aku juga tidak melihatnya.
“Kayaknya nggak bisa lah Tim.” Kataku lirih.
“Nggak bisa apanya?” Tanya Timo
“Nggak bisa sama cewek itu.” Jawabku patah semangat.
“Oo, cari tahu lah tentang dia dari teman-temannya.” jawab Timo.
Sore itu aku masih di sekolah. Kebanyakan murid udah pulang, hanya tinggal sedikit murid yang ada di sekolah. Timo, Akrim dan Dide mereka semua sudah pulang duluan. Sedangkan anak kelas XII yang masih di sekolah ada Rio, Riky dan Ipan yang asyik-asyiknya maen basket.
“Payah lu Niy…!” Ledek Ipan.
“Namanya juga baru belajar main basket, wajar dong!” kataku.
Dan ketika ku mengalihkan pandanganku disalah satu kelas yang berada dekat lapangan basket, ku melihat gadis yang pernah ku lihat saat di kantin waktu lalu. Tapi apa memang dia orangnya? Beberapa saat kemudian gerimis turun. Aku beserta teman-temanku pun bubar dan berteduh menjelang hujan reda.

***

Keesokkan harinya, ku ceritakan pada Timo tentang apa yang ku lihat kemaren.
“Tim, kemaren aku lihat lagi cewek yang ku ceritakan itu.” Kataku.
“Iya? ngapa nggak ajak-ajak aku seh Niy? Biar aku tahu yang mana orangnya.”
“kemaren lu cepat banget pulangnya seh! Jawab ku.
“Tapi aku takut dia udah punya pacar atau nggak dia lagi dekat ma cowok Tim.” Kataku.
“Hmmm.. Cari tahu aja namanya dulu. Lalu buka facebook nya, ntar kan tahu tu dia udah punya cowok apa nggak?!” Saran Timo.
“Ide bagus tuh. Besok aku minta tolong sama Rina aja lah. Dia kan banyak kenalan anak kelas X. kataku.
“Bagus lah tu” jawab Timo singkat.

***

“Begitu ceritanya Rin…” Kataku setelah selesai menjelaskan semuanya.
“Ciee.. lagi kasmaran neh Pak! Haahahaha…. “ Canda Rina.
“Tolong banget neh Rin.” Pinta ku.
“Oke..oke deh Niy… Aman tuh!” Jawab Rina meyakinkan.
“Thanks banget ya Rina!” Riang ku.
Pada hari sabtu, usai shalat zuhur dan murid-murid diperbolehkan pulang,
Aku, Dide dan Timo sepakat pergi main PS bersama. Kali ini Akrim tidak bisa ikut, karna neneknya jauh-jauh datang dari jawa ke rumahnya. Setelah 2 jam kami asyik bermain PS kami pun memutuskan kembali ke sekolah.
“Masih rame nggak anak-anak di Sekolah Niy?” Tanya Dide.
“Mungkin masih ada, anak-anak pada main bola tuh.” Jawabku.
“Ya sudah, kita ke Sekolah aja dulu yuk.” Ajak Dide.
Dan kami pun langsung menuju ke Sekolah.
Baru saja masuk di perkarangan sekolah, dari kejauhan ada seseorang yang memanggil-manggil namaku.
“Uny……. ! Sini bentar! Cepat! Berita penting neh!”
Ternyata Rina yang memanggilku.
“Ada apa Rin? Teriak-teriak gitu?”
“Rina udah dapat neh cewek yang Uny cari! Namanya Bunga. Dia adek kelas kita Niy, kelas X IPA 1. coba aja Uny buka facebooknyaJ” jelas Rina.
“Bener nih? Alhamdulillah..” Aku pun Riang.
“Iya! barusan kami chating-chatingan tadi. neh juga ada nomor hp nya, catat cepat!”
“Iya-iya. Sekali lagi Terimakasih banyak ya Rin, memang temen Uny yang paling baik deh, hhahaha…!!”
“Ada maunya aja! Hahaha… iya, sama-sama Uny. Moga sukses ya Niy..!”

***

Indahnya bintang-bintang yang gemerlap dan gemerlip bertaburan di angkasa pada malam itu bagaikan indahnya rasa hatiku saat ini. Seorang gadis yang ku nanti-nanti dan ku yakini Dia lah orang yang kan mengisi kekosongan hati ini.
Dengan perasaan gugup kuutarakan langsung padanya, bahwa aku selama ini diam-diam menyukainya, walaupun dia tidak mengenalku sama sekali.
Ku awali dari nomor HP nya yang ku dapatkan, ku coba untuk menghubunginya meskipun ada rasa takut dan malu. Tapi semua itu ku abaikan demi mendapatkannya. Aku takut cintaku padanya di dahului orang lain.
Ternyata dia gadis baik, mau menerima orang yang ingin mengenalnya tanpa pandang bulu. Termasuk aku yang ingin mengenalnya lebih dalam.
Perkenalan itu pun berlanjut sampai aku akan menghadapi Ujian Akhir Nasional. Dia memberi ku segudang semangat untuk bisa menghadapi Ujian itu dengan tenang.
Hingga akhirnya selesai juga Ujian yang ku hadapi, ku utarakan semua perasaan ku padanya. Aku tahu, bahwa aku akan pergi meninggalkan sekolah tempat dimana aku mengenalnya.
Dengan penuh kepercayaan dan keyakinan ku ungkapkan padanya “I really fell in love with him”. ( H & R )Sunny

Masa-masa yang tak terlupakan bagiku dimana pertama kali aku mengenal apa itu cinta. Berawal dari aku duduk di XII SMA yang tak kan terasa lagi aku akan meninggalkannya. Seperti biasa, telah beberapa bulan duduk di kelas tiga ku sangat jenuh dan merasa gersang di sekolah itu. Tidak ada hal yang menarik, membosankan. Ingin sekali aku cepat-cepat meninggalkan sekolah ini. Ntah mengapa aku sampai berpikiran begitu? Mungkin ada satu hal yang membuatku berpikir begitu, tapi apa itu?

Kelasku sangat terkenal dimata guru, Tapi terkenal oleh kesan yang negatif. Karena kelasku sangat ribut, baik ada atau tidak ada guru sama saja seperti di pasar ributnya, sampai-sampai wali kelas tidak sanggup harus berbuat apalagi untuk mengubahnya. Tapi ya begitulah kami, meskipun begitu keperdulian antar sesama teman kelas sangat tinggi

***

Pagi itu aku berangkat ke sekolah, memang tidak seperti biasanya pada hari itu aku bangun telat. Maklum, karena sudah dua minggu libur, jadi gag biasa bangun pagi. Aku pun cemas, jam telah menunjukkan 06.50. Mampus! Jerit batinku. Aku pasti terlambat. Dan ketika ku memasuki gerbang dengan sepeda motorku, kulihat upacara belum dimulai. Syukurlah...! pikirku, namun ketika ingin melewati meja piket, aku dipanggil, “Nak.. nak.. yang terlambat baris disini.” Teriak salah satu guru di sekolah.
Aku terkejut, “Kan belum mulai upacaranya buk? kok di bariskan tersendiri??” Tanya ku.
“Kalau upacara jam 7 kurang 5 harus sudah di sekolah nak”. Jawab guruku tadi. Sebenarnya aku malu, karena aku sendiri anak cowok kelas tiga yang terlambat.
“Tapi santai aja lagi. Lagi pula di sekolah ini kan aku gak punya pacar atau seseorang yang lagi ku dekati,” pikirku dalam hati.
Selesainya upacara, semua yang terlambat diberi sanksi berupa point. Dan setelah itu aku pun langsung menuju kelas.
“Uni, kok tadi terlambat sih?” Tanya salah seorang teman ku ‘Ika’ di kelas.
Begitulah mereka memanggilku dengan sebutan “Uni”, padahal nama ku Suny.
“Woi, ni… punya tempat barisan upacara baru ya?” Canda Rio temanku yang dulunya ketua Osis. “Huuhh…!! Enak ajj lo” gerutu ku.

***

“Teng… teng… teng…!!” Bel tanda saatnya pulang telah berbunyi. Setelah mengucapkan salam, kami pun langsung keluar. Sambil berjalan menuju halaman depan sekolah
“Maen PS kita yok woi..?” Ajak temanku Akrim.
Dide dan Timo serentak setuju, mereka semua adalah sahabat terbaik ku, di sekolah kami selalu bersama. tapi pada saat itu aku termenung sejenak, Timo pun melempariku dengan kaus kakinya. Aku langsung terkejut dan secara refleks, aku juga membalas dengan melemparinya kembali, tapi sayangnya lemparan ku meleset. Kaus kaki tersebut mendarat di atas rok Ika yang kebetulan lagi duduk. Dia pun langsung merengek seperti anak kecil. Spontan kami semuanya pun tertawa terbahak-bahak bersama.
***
“Waduuh! Sepuluh menit rasanya sepuluh jam. Ya tuhan.. cepatkanlah bunyi bel keluar maen.” Pintaku dalam hati. Ketika ku lihat sekelilingku, ternyata semua teman-temanku sama saja dengan ku. Udah nggak tahan mau keluar dan mau makan di kantin, perut pada keroncongan nih. Maklum, tiga jam penuh cuma belajar fisika, Kelamaan banget.
“Teng.. teng.. teng…!” bel tanda keluar main akhirnya berbunyi. Teman-temanku semua udah pada pergi menuju kantin, yang tinggal dikelas hanya ada aku, Dide, Fizur, Ayu dan Ika Sebenarnya aku lapar, tapi karena di kantin kayaknya lagi ramai tuh, aku tunda dulu waktu untuk mengisi perut. “Ayu, udah siap tugas bahasa inggris belum?” Tanya Ika pada Ayu. “belum ka, tapi dikit lagi selesai kok!” jawab Ayu.
“Ada tugas bahasa Inggris ka?” Tanya kukeheranan. “Ada, hmm.. lupa ya niy?” kata Ika. “Nggak” jawabku. “Niy….. ke kantin yok!? Sepuluh menit lagi masuk neh.” Ajak Dide. “Kita ada tugas neh De!” kataku.
“Bahasa Inggris tu kan? Besok pagi di kumpul tu, tenang aja! Yuk lah ke kantin niy”. Kata Dide. “Yok lah” jawabku seraya meninggalkan kelas.
Setibanya di kantin.
“Kalian..! udah mau masuk baru ke kantin” sapa Timo.
“Santai aja lagi, bapak tuh gag datang hari ni…” kata Dedi dengan santai.
“Yang bener..? iya? riang Timo. “Serius?! Tambah Akrim.
“Iya… santai aja lagi! Balas Dide.
Ketika teman-temanku sedang gembira-gembiranya di kantin, tiba-tiba saja pandanganku tertuju pada satu arah. Dan rasanya aku tidak ingin mengalihkannya dari pandangan yang lain. Disebrang sana aku melihat seorang gadis duduk bersama temannya yang membuatku terpana. Entah mengapa semakin lama aku melihatnya, semakin tak karuan hatiku. Apakah aku jatuh cinta pada pandangan pertama?? Terus dan terus ku tatapi gadis itu tiba-tiba, “woii… kalian! Enak-enakan disini, bapak udah masuk tu” Teriak Ika.
“Tapi katanya bapak gak masuk?” Tanya ku gelisah.
“Huuh!! ada guru yang gantikan bapak tu..!” desak Ika.
“Uny.. cepat..! kok bengong seh? yuk kita masuk!.” teriak Dide.
Aku pun bingung harus bagaimana. Aku dan teman-teman pun semua buru-buru meninggalkan kantin, tapi ketika akan pergi meninggalkan kantin itu aku lihat gadis itu sudah tidak ada lagi.

***

Teng… teng… teng….. !! bel tanda pelajaran telah usai pun berbunyi.
“yes! Akhirnya pulang juga” riang ku dalam hati.
“Uniy, kita main futsal yok?” Ajak Timo.
“Oke.. memang siapa lawan kita?” Tanya ku.
“Tadi sih anak kelas sebelah yang ngajak kita.” Jawab Timo.
“Oo.. oke! Siapa takut.” Jawab ku.
Setelah Tim kami berkumpul di tempat yang telah ditentukan, kami pun harus menunggu.
“Mana tim lawan kita Timo? Kok lama sih? Katanya mau maen?” Tanya ku mulai gelisah.
“Katanya mereka lagi dijalan, padahal mereka yang ngajak.. tapi mereka juga yang lambat datangnya!” Jawab Timo kesal.
Setelah 5 menit kemudian, akhirnya mereka datang. Dan kami pun bermain dengan semangatnya.
“Host..host..host..!!”

***

“Capek juga ya main futsal neh!?” kata Dide.
“Ya iyalah, kita mainnya satu jam penuh, ya capek lah.” Jawab Timo.
Setelah beberapa saat, kemuadian mereka semua pulang. Hanya ada Timo, Akrim, Dide dan aku.
“De, gimana hubungan mu dengan Lisa?” Tanya Timo.
“Nggak tahu, males ngebahasnya.” Jawab Dide dengan sikap acuh tak acuh.
“Alah! gaya lu De?! Ntar lu sendiri yang mancing-mancing cerita tentang dia.” Ledek Timo.
Sedang asyik-asyiknya Timo dan Akrom mengusik Dide, tiba-tiba saja aku teringat pada gadis yang aku lihat kemaren.
“Woi, kemaren aku lihat cewek di kantin.” Kata ku pada ketiga sahabatku.
“Aku juga lihat cewek di kantin, ibu-ibu penjaga kantin! Hhahaha..!” Sindir Dide nggak karuan.
“Aku serius nih!” kataku. “Anak kelas berapa Ni?” Timo penasaran.
“Aku rasa anak kelas X Tim, soalnya baru kali itu aku melihatnya.” Jawabku.
“Besok tunjukkan kami yang mana orangnya ya!” Pinta Akrim penasaran.
“Oke!” jawabku singkat.

***

Setelah seminggu aku melihat gadis itu, aku tidak pernah lagi bertemu dengannya. Hatiku bertanya-tanya, Kelas berapa gadis itu?!
Sebulan kemudian pun aku juga tidak melihatnya.
“Kayaknya nggak bisa lah Tim.” Kataku lirih.
“Nggak bisa apanya?” Tanya Timo
“Nggak bisa sama cewek itu.” Jawabku patah semangat.
“Oo, cari tahu lah tentang dia dari teman-temannya.” jawab Timo.
Sore itu aku masih di sekolah. Kebanyakan murid udah pulang, hanya tinggal sedikit murid yang ada di sekolah. Timo, Akrim dan Dide mereka semua sudah pulang duluan. Sedangkan anak kelas XII yang masih di sekolah ada Rio, Riky dan Ipan yang asyik-asyiknya maen basket.
“Payah lu Niy…!” Ledek Ipan.
“Namanya juga baru belajar main basket, wajar dong!” kataku.
Dan ketika ku mengalihkan pandanganku disalah satu kelas yang berada dekat lapangan basket, ku melihat gadis yang pernah ku lihat saat di kantin waktu lalu. Tapi apa memang dia orangnya? Beberapa saat kemudian gerimis turun. Aku beserta teman-temanku pun bubar dan berteduh menjelang hujan reda.

***

Keesokkan harinya, ku ceritakan pada Timo tentang apa yang ku lihat kemaren.
“Tim, kemaren aku lihat lagi cewek yang ku ceritakan itu.” Kataku.
“Iya? ngapa nggak ajak-ajak aku seh Niy? Biar aku tahu yang mana orangnya.”
“kemaren lu cepat banget pulangnya seh! Jawab ku.
“Tapi aku takut dia udah punya pacar atau nggak dia lagi dekat ma cowok Tim.” Kataku.
“Hmmm.. Cari tahu aja namanya dulu. Lalu buka facebook nya, ntar kan tahu tu dia udah punya cowok apa nggak?!” Saran Timo.
“Ide bagus tuh. Besok aku minta tolong sama Rina aja lah. Dia kan banyak kenalan anak kelas X. kataku.
“Bagus lah tu” jawab Timo singkat.

***

“Begitu ceritanya Rin…” Kataku setelah selesai menjelaskan semuanya.
“Ciee.. lagi kasmaran neh Pak! Haahahaha…. “ Canda Rina.
“Tolong banget neh Rin.” Pinta ku.
“Oke..oke deh Niy… Aman tuh!” Jawab Rina meyakinkan.
“Thanks banget ya Rina!” Riang ku.
Pada hari sabtu, usai shalat zuhur dan murid-murid diperbolehkan pulang,
Aku, Dide dan Timo sepakat pergi main PS bersama. Kali ini Akrim tidak bisa ikut, karna neneknya jauh-jauh datang dari jawa ke rumahnya. Setelah 2 jam kami asyik bermain PS kami pun memutuskan kembali ke sekolah.
“Masih rame nggak anak-anak di Sekolah Niy?” Tanya Dide.
“Mungkin masih ada, anak-anak pada main bola tuh.” Jawabku.
“Ya sudah, kita ke Sekolah aja dulu yuk.” Ajak Dide.
Dan kami pun langsung menuju ke Sekolah.
Baru saja masuk di perkarangan sekolah, dari kejauhan ada seseorang yang memanggil-manggil namaku.
“Uny……. ! Sini bentar! Cepat! Berita penting neh!”
Ternyata Rina yang memanggilku.
“Ada apa Rin? Teriak-teriak gitu?”
“Rina udah dapat neh cewek yang Uny cari! Namanya Bunga. Dia adek kelas kita Niy, kelas X IPA 1. coba aja Uny buka facebooknyaJ” jelas Rina.
“Bener nih? Alhamdulillah..” Aku pun Riang.
“Iya! barusan kami chating-chatingan tadi. neh juga ada nomor hp nya, catat cepat!”
“Iya-iya. Sekali lagi Terimakasih banyak ya Rin, memang temen Uny yang paling baik deh, hhahaha…!!”
“Ada maunya aja! Hahaha… iya, sama-sama Uny. Moga sukses ya Niy..!”

***

Indahnya bintang-bintang yang gemerlap dan gemerlip bertaburan di angkasa pada malam itu bagaikan indahnya rasa hatiku saat ini. Seorang gadis yang ku nanti-nanti dan ku yakini Dia lah orang yang kan mengisi kekosongan hati ini.
Dengan perasaan gugup kuutarakan langsung padanya, bahwa aku selama ini diam-diam menyukainya, walaupun dia tidak mengenalku sama sekali.
Ku awali dari nomor HP nya yang ku dapatkan, ku coba untuk menghubunginya meskipun ada rasa takut dan malu. Tapi semua itu ku abaikan demi mendapatkannya. Aku takut cintaku padanya di dahului orang lain.
Ternyata dia gadis baik, mau menerima orang yang ingin mengenalnya tanpa pandang bulu. Termasuk aku yang ingin mengenalnya lebih dalam.
Perkenalan itu pun berlanjut sampai aku akan menghadapi Ujian Akhir Nasional. Dia memberi ku segudang semangat untuk bisa menghadapi Ujian itu dengan tenang.
Hingga akhirnya selesai juga Ujian yang ku hadapi, ku utarakan semua perasaan ku padanya. Aku tahu, bahwa aku akan pergi meninggalkan sekolah tempat dimana aku mengenalnya.
Dengan penuh kepercayaan dan keyakinan ku ungkapkan padanya “I really fell in love with him”. 

( H )

0 comments: